December 30, 2015

End of The Year, End of the Sorrow

30-12-2015

Aku tahu, mungkin bukan pada tempatnya aku menceritakan hal dibawah ini saat ini. Mungkin blog ini bukan sarana yang tepat untuk bercerita. Namun, saat ini, aku merasa butuh menuliskan kisah ini. Agar aku benar-benar bisa menutup masa lalu ini. Aku harus menuliskannya, agar aku bisa mengeluarkannya dari dalam hatiku. Jadi izinkan aku berbagi kisah ini kepada siapapun yang tanpa sengaja membaca blog ini.

Setahun yang lalu, tepat di tanggal ini, aku putus dengan mantan pacarku yang telah menjalin hubungan denganku selama 5 tahun. Bukan itu saja, malam harinya aku menemukan email bahwa dia berselingkuh dengan seorang perempuan yang telah memiliki 2 orang anak. Aku masih ingat, setelah menemukan email tersebut, aku tidak bisa tidur hingga pagi. Menunggu datangnya pagi, agar aku bisa langsung menanyakan kepadanya, apakah benar isi email yang kutemukan? Ketika pagi datang, tentu saja dia tidak mengakui semuanya. Dia hanya berkata bahwa ya, perempuan tersebut sempat menggodanya, mengajaknya bertemu, namun dia menolak. Dan aku, meski di dalam hatiku, aku tahu bahwa dia berbohong, aku masih mencoba mempercayai ucapannya dan mengucapkan perpisahan dengan baik-baik.

Pada siang harinya, aku bertemu dengan sahabatku, dan menceritakan bahwa aku telah putus. Namun ternyata, sahabatku juga memiliki kisah mengenai mantanku itu. Sahabatku menemukan bahwa sejak sebelum putus denganku, mantanku telah bermain-main dengan menggunakan aplikasi-aplikasi online dating. Salah satu kenalan sahabatku menemukannya di aplikasi tersebut, dan setelah beberapa percakapan pancingan, terbukalah bahwa dia memang telah berusaha memutuskan aku sedari dulu. Menurutnya dia telah "bosan" dan aku "tidak mau diputuskan". Yang tentunya tidaklah benar. 

Dua bulan sebelum itu, tiba-tiba dia berkata bahwa dia tidak siap untuk menikah dan dia meminta aku menunggunya 2 tahun lagi. Di saat kami telah melakukan DP untuk tempat pernikahan kami. Tentu saja pada saat itu aku berkata, apabila dia benar-benar tidak siap, aku tidak mau melanjutkan hubungan kami. Aku tidak mau menunggu selama 2 tahun dengan sia-sia tanpa jaminan. Apabila dia tidak siap sekarang, tentu tidak ada jaminan bahwa dia akan siap 2 tahun lagi. Pada akhirnya, dia sendiri yang memintaku melanjutkan hubungan kami dan melanjutkan persiapan pernikahan. Berani-beraninya dia berkata bahwa aku yang tidak mau diputuskan?

Bukan hanya fakta bahwa dia membicarakan hubungan kami dan menjelek-jelekkan aku pada orang lain, dia juga mengajak kencan beberapa perempuan (yang tentunya merupakan teman-temannya sahabatku, yang sengaja diminta oleh sahabatku untuk menjebak lelaki tersebut). Sahabatku membiarkan aku membaca semua screenshoot percakapan mereka. Seketika itu juga, lenyaplah semua perasaan dalam hatiku yang masih tersisa. Semakin banyak kata yang kubaca, semakin aku merasa jijik dan hilang rasa. Aku langsung mengatur pertemuan dengannya esok hari untuk mengembalikan semua barangnya yang masih tersisa dirumahku. Pada pertemuan tersebut, aku mempermalukannya dengan membacakan text-text percakapannya dengan perempuan-perempuan tersebut, kemudian benar-benar mengakhiri hubungan. Aku mendelete semua kontaknya yang aku punya. Apakah selesai sampai sini? Tidak.

Dua bulan kemudian, aku mengetahui bahwa segera setelah putus denganku, dia berpacaran dengan perempuan yang memiliki 2 anak tersebut. Hebatnya lagi, perempuan tersebut masih berstatus istri orang. Aku yang sebelumnya merasa telah hilang rasa, dan baik-baik saja, ketika mengetahui kenyataan tersebut, ternyata masih merasakan sakit hati. Ya. Aku merasa sakit hati. Mengetahui bahwa lelaki tersebut lebih memilih perempuan yang telah berkeluarga. Bukankah ironis? Dia berkata belum siap membangun keluarga denganku, namun memilih perempuan yang telah berkeluarga. Aku merasa sakit hati karena telah membuang waktu 5 tahun dengan sia-sia. Aku merasa sakit hati, mengingat betapa baiknya orangtuaku kepadanya. Aku merasa sakit hati, atas kebodohanku yang mengesampingkan berbagai macam perasaan yang mengatakan bahwa dia sedang berbohong.

Aku tidak pernah menunjukkan rasa sakit hatiku kepada orangtuaku. Orangtuaku sebelumnya mengira bahwa akulah penyebab kami putus. Namun, setelah berbulan-bulan menyimpan rahasia dan tak tahan lagi dengan tuduhan-tuduhan mereka, aku membeberkan kenyataan yang sebenarnya. Duka yang aku rasakan memang hanya sesaat. Aku berhasil bangkit kembali dengan berbagai pemikiran positif. Tapi rupanya rasa sakit hati itu melukaiku lebih dalam dari yang kuduga. Aku berubah, aku bukan lagi diriku yang dahulu. Aku lebih sensitif, tidak mampu lagi mengontrol emosiku dengan baik. Aku dengan mudah kehilangan kepercayaan diri.

Untunglah, aku bersyukur bahwa aku adalah orang yang lebih menggunakan logika dan pada dasarnya aku orang yang sangat positif. Aku mencoba untuk selalu berfikir positif. Aku bersyukur bahwa aku mengetahui kenyataan tentang dia secepatnya. Aku bersyukur Tuhan menggunakan kekuatannya untuk menjauhkan aku dari orang seperti itu. Aku yakin Tuhan memiliki rencana yang lebih baik untukku. Aku yakin Tuhan merasa bahwa orang itu tidak sepadan untukku. Aku juga merasa bahwa saat-saat menjadi seorang single seperti ini adalah saat-saat yang diberikan Tuhan agar aku lebih menikmati hidupku.

Jadilah aku melakukan apapun yang aku inginkan. Selagi aku single. Aku memelihara binatang peliharaan yang selama ini aku inginkan, yaitu kelinci. Aku bepergian ke tempat-tempat yang aku inginkan bersama teman-temanku. Aku melakukan apapun yang sebelumnya tidak dapat kulakukan karena aku akan menikah. Yang menjadi pelajaran utama bagiku, bahwa kita tidak perlu terburu-buru dalam menjalani hidup ini.

Ya, tentu aku sedih karena tidak jadi menikah. Aku sangat sangat ingin berkeluarga. Aku ingin memiliki anakku sendiri. Namun, tidak jadi menikah bukan berarti aku menjadi kehilangan tujuan. Aku menetapkan tujuan-tujuan lain dalam hidupku. Yaitu melakukan hal-hal apapun yang aku inginkan yang selama ini aku tahan-tahan. Dan aku menetapkan tujuan baru, yaitu aku harus traveling ke Jepang tahun ini. Dengan berkat dari Tuhan aku berhasil menyelesaikan tujuan tersebut.

Saat ini, aku hanya dapat bersyukur dan bersyukur. Tak hentinya aku ucapkan dalam hati rasa syukur tersebut. Aku bersyukur atas segala yang terjadi sepanjang tahun ini. Aku bersyukur bahwa Tuhan ternyata memang masih melindungi dan menyayangiku sehingga menjauhkan aku dari orang-orang yang iri hati dan yang mengkhianatiku. Aku bersyukur dikelilingi orang-orang yang menyemangati dan menghiburku setiap aku membutuhkan mereka. Aku bersyukur Tuhan mengabulkan banyak permintaan-permintaanku yang sangat egois. Aku bersyukur atas kebaikan orangtuaku. Pada akhirna, meski awal tahun ini kulalui dengan penderitaan, namun, di akhir tahun ini, aku akhirnya dapat berdamai dengan masa laluku, dengan diriku yang lalu, dengan diriku yang telah berubah sekarang. Aku siap untuk memulai lembaran yang baru, di tahun 2016 nanti.

1 comment:

  1. Lisaaaa...
    kaget gw bacanya ㅠㅠ
    Jahat banget mantan lu itu.. tp tenang aja nanti lu pasti dptin yg terbaik lg kok!!!
    Cheer up say.
    www.tomntins.com

    ReplyDelete